Akankah Al-Qaidah Bernasib Seperti ISIS di Suriah?

Sahabat Suara Islam – Konflik Suriah kembali memanas dengan perang antara dua kelompok oposisi di pinggiran Idlib. Dua kelompok besa...



Sahabat Suara Islam – Konflik Suriah kembali memanas dengan perang antara dua kelompok oposisi di pinggiran Idlib. Dua kelompok besar Haiah Tahrir Syam menyerang wilayah kontrol Ahrar Syam di pedesaan Idlib Barat dan Selatan sejak 18 Juli 2017. Tiga ulama di lapangan, Abu Muhammad Shadiq, Abdurrazaq Al-Mahdi dan Abu Hamzah Al-Mishri menyerukan gencatan senjata pada Rabu 19 Juli 2017. Ahrar menyambut seruan itu pada hari yang sama atas prinsip tidak ada keuntungan apa pun dalam perang internal.

Pada Februari 2012, Joshua Landis, direktur the Center of Middle East Studies, memperkirakan bahwa rezim Assad mungkin akan bertahan sampai 2013. Menurutnya, ada empat faktor penting dalam menilai peluang rezim bertahan hingga setahun kemudian, salah satunya adalah kelemahan oposisi. Tiga lainnya adalah kekuatan Assad sendiri, kemungkinan intervensi asing, dan penurunan ekonomi sebagai dampak sanksi internasional (Landis: 2012).



Kenyataannya, rezim Assad masih bertahan hingga sekarang. Oposisi lebih lemah daripada rezim. Rezim telah mampu memanfaatkan konflik sesama faksi untuk mempertahankan otoritasnya. (Landis: 2012). Sementara itu, oposisi lebih giat untuk mempromosikan narasi pembelaan diri dalam bentrokan sesama mereka.

Sampai awal 2013, kekuatan rezim Assad semakin melemah. Kelompok oposisi memperkirakan kejatuhan rezim tidak akan lama lagi. Namun kemudian muncul ISIS, yang mengumumkan berdirinya Negara Islam di Irak dan Suriah, April 2013. Kekuatan faksi-faksi oposisi terpecah dan banyak terkuras untuk berurusan dengan ISIS yang menggunakan pedang (taghallub) untuk memperluas wilayah kontrol.

Setelah kekuatan ISIS di Suriah Utara runtuh, oposisi membukukan banyak prestasi dalam pertempuran melawan rezim. Faksi-faksi militer oposisi bergabung dalam operasi bersama untuk membebaskan banyak wilayah di Suriah Utara. Puncaknya adalah pembebasan kota Idlib pada 2015 yang dilanjutkan dengan pembebasan rute-rute penting di sekitarnya.

Mereka disatukan oleh kebutuhan bersama untuk menghadapi musuh yang sama, dalam hal ini militer rezim. Tidak ada merger antarkelompok pada level ini, tetapi hanyalah operasi militer bersama dengan satu komandan yang ditunjuk, tanpa mencampuri kepemimpinan internal kelompok oposisi yang bergabung.



Menurut analis, operasi gabungan yang paling dominan dan berbahaya di lapangan adalah Jabhah Nusrah dan Ahrar Syam. Banyak faksi kecil bergabung dalam koalisi yang diprakarsai oleh keduanya. Salah satu nama gabungan militer yang populer adalah Jabhah Fath Syam.

Seperti diketahui, Ahrar Syam adalah kelompok besar yang menyebar hampir di seluruh Suriah. Mereka dinilai sebagai kelompok moderat dan beberapa kali dipercaya untuk mewakili oposisi dalam upaya damai dalam forum internasional. Uniknya, di lapangan Ahrar Syam terus menjalin koalisi militer yang apik dengan Jabhah Nusrah, yang telah lama dimasukkan ke dalam jaringan kelompok teroris global. Jabhah Nusrah merupakan cabang Al-Qaidah di Suriah.

Tetapi, kekuatan gabungan yang besar itu berakhir justru oleh seruan merger antar kelompok, yang diinisiasi oleh 16 ulama di lapangan, yang akhirnya melahirkan nama baru, Haiah Tahrir Syam (HTS) pada awal 2017. Jabhah Nusrah yang telah berganti nama menjadi Jabhah Fath Syam (JFS) menggunakan pedang (taghallub) untuk memperluas kontrol. Mereka terlibat konflik dengan faksi-faksi kecil dengan alasan “membersihkan kelompok-kelompok perusak” di Suriah Utara.



Langkah JFS itu kemudian didukung oleh Abu Mahmud Al-Falistini, ulama pro JFS, dengan ulasannya tentang fikih taghallub. Ia meralat pendapat ahli ilmu sebelumnya yang mengharamkan taghallub. Alasan utamanya adalah menyelamatkan jihad dari kelunturan (tamyii’). Abu Ali Abdul Wahhab petinggi Jaisy Islam mengatakan bahwa fatwa itu akan mengarah kepada taghallub, yang akan menyebabkan bentrokan, dan mengulang cara-cara ISIS.

Alasan “membersihkan kelompok-kelompok perusak” bukanlah hal baru bagi JFS. Sebelumnya, JFS (ketika masih bernama Jabhah Nusrah) telah beberapa kali terlibat perang dengan faksi-faksi oposisi di Suriah Utara. Awal 2014, Jabhah Nusrah (JN) berperang dengan faksi Harakah Hazm yang beroperasi di barat laut Suriah (Weiss:2015). Di tahun yang sama, JN juga terlibat konflik dengan Jabhah Tsuwar Suriah, yang dipimpin oleh Jamal Makruf. Setelah mereda, keduanya kembali terlibat konflik pada November 2014. (Lund:2013) Dalam konteks pertempuran mereka dengan Jabhah Nusrah ini, Jamal Makruf mengatakan:

Di Suriah Utara pada masa itu memang banyak kelompok yang disebut perusak itu. Jamal Makruf sendiri telah dicurigai menyimpangkan dana untuk kepentingan pribadi dan disebut-sebut sebagai perampok jalanan. Ia mengumpulkan kelompok yang tidak populer dan waktu membuktikan kelemahan mereka. (Lund: 2013)

Dalam situasi seperti itu, Ahrar Syam memosisikan diri sebagai penengah, sehingga konflik tidak membesar seperti yang terjadi terhadap ISIS. Dalam setiap konflik yang terjadi antara sesama oposisi, Ahrar selalu menengahi dan menghindari bentrokan, meskipun ada alasan.

Dalam situasi sekarang, Ahrar dan JFS (yang telah melebur dalam nama baru, Haiah Tahrir Syam) saling bermusuhan, maka kemungkinan HTS (baca: JFS) akan mengalami nasib yang sama dengan ISIS. Ini bisa terjadi bila konflik berlanjut dan HTS menggunakan pendekatan taghallub untuk memperluas otoritasnya di wilayah yang telah dibebaskan.

Kelompok yang merasa dizalimi akan mencari dukungan dan bergabung dengan lainnya untuk melawan, terutama bila konflik tak kunjung ada penyelesaian. Menjelang terbentuknya HTS, JFS telah terlibat bentrokan dengan Jaisy Mujahidin dan Jabhah Syamiyah, yang menyebabkan keduanya mencari perlindungan dan bergabung dengan Ahrar Syam. Saat HTS baru terbentuk, mereka telah dianggap melakukan pemaksaan dengan kekuatan (taghallub) di Darul Izzah, Aleppo, yang didominasi oleh anggota Ahrar Syam.

Semua kenyataan tersebut menunjukkan bahwa merger antarkelompok tidak efektif dalam situasi oposisi saat ini. Nawar Sh. Oliver, Direktur lembaga penelitian Omran, sebuah lembaga penelitian berbasis di Istanbul, mengomentari pembentukan HTS, “Setelah pembentukan HTS ini, situasi militer akan melemah dan tidak jelas.”(Murad:2017). Seperti disebutkan sebelumnya, Ahrar Syam telah lama membangun kerjasama militer dengan JFS dan membangun aliansi dengan hampir seluruh faksi aktif di Suriah, yang menghasilkan prestasi besar.

Sebaliknya, kerjasama pada level aliansi tanpa mencampuri urusan internal suatu kelompok lebih efektif. Dengan formasi pada level ini, mereka merebut banyak wilayah dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Idlib (28 Maret 2015), Perang Jisr Syughur (23 April 2015), Perang Camp Qirmid (24 April 2015), Perang Mastumah (18 Mei 2015), Perang Ariha (28 Mei 2015), Perang Sahl Ghab (28 Juli 2015), Perang Bandara Abu Dzuhur (9 September 2015, Perang Murk (4 November 2015), dan Perang Pedesaan Hama Utara (6 November 2015).

Aliansi-aliansi militer itu terus berlanjut atas dasar kesamaan tujuan, terutama pembebasan wilayah atau pada saat serangan rezim menguat. Daripada memaksa kelompok lain untuk merger, JFS (yang telah melebur menjadi HTS) kemungkinan bisa lebih kuat posisinya bila tetap terpisah secara organisasi, tetapi terdepan dalam prestasi militer terhadap rezim, seperti masa-masa sebelumnya.


Referensi:
Landis, J. (2012). The syrian uprising of 2011: Why the asad regime is likely to survive to 2013. Middle East Policy, 19(1), 72-84. doi:10.1111/j.1475-4967.2012.00524.x
Weiss. C. (2015, 2 Maret) US-backed Hazm Movement disbands after Al Nusrah attack http://www.longwarjournal.org/archives/2015/03/us-backed-hazm-movement-disbands-after-al-nusrah-attack.php Diakses 1 Agustus 2017.
Lund. A. (2013, 13 Desember). The Syria Revolutionaries’ Front. http://carnegie-mec.org/syriaincrisis/?fa=53910 Diakses 1 Agustus 2017.
Murad, Q. (2017) Peta Perubahan Faksi-faksi Oposisi Suriah… https://www.alsouria.net/content/تغير-في-خارطة-فصائل-المعارضة-السورية-وتوقعات-بانحسارها-في-تشكيلين-رئيسين diakses 1 Agustus 2017.

COMMENTS

Nama

Berita Berita Islam Entertainment Hubungan Hukum Islam hukum Kriminal Internasional Islam Kisah Nyata nasional Otomotif Ramadhan tekno
false
ltr
item
Suara Islam: Akankah Al-Qaidah Bernasib Seperti ISIS di Suriah?
Akankah Al-Qaidah Bernasib Seperti ISIS di Suriah?
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHI-BM6KM_fgkliumkjYP-PA5AFUUyc8XbeK-6fiXo2xy4NqHuNIm4je0_bsvgFcnTHTO27yNZMIkjZnzwRG4b2Fc4fC1pmdekp_LZgBBs5Dk8muIt2gJ16Nr-SzXO2MYMVd8sk969VGo/s1600/Screenshot_275.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHI-BM6KM_fgkliumkjYP-PA5AFUUyc8XbeK-6fiXo2xy4NqHuNIm4je0_bsvgFcnTHTO27yNZMIkjZnzwRG4b2Fc4fC1pmdekp_LZgBBs5Dk8muIt2gJ16Nr-SzXO2MYMVd8sk969VGo/s72-c/Screenshot_275.png
Suara Islam
https://suaraislam19.blogspot.com/2017/08/akankah-al-qaidah-bernasib-seperti-isis.html
https://suaraislam19.blogspot.com/
http://suaraislam19.blogspot.com/
http://suaraislam19.blogspot.com/2017/08/akankah-al-qaidah-bernasib-seperti-isis.html
true
3766414770020594543
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy